Labels

Wednesday, July 25, 2018

Peri

Wahai makhluk yang sedang tumbuh
Jika suatu hari nanti
kelak kamu bisa membaca
dan entah bagaimana bisa membaca tulisan ini
Aku berada di sana
Memelukmu, menggenggam tanganmu
Lalu membisikkan "Aku juga rindu"
Untukmu yang sedang berkembang
Terima kasih telah hadir di gelapku
Menemaniku di kala sepiku
Mengajariku arti kasih dan sayang
Mengajakku kembali mempercayai arti ketulusan
Ingatlah kembali hari dimana kita hidup berama
Kala itu kita tumbuh menjadi manusia yang penuh cinta
Dari ratusan kata yang pernah aku buat
Dari ribuan puisi yang pernah ku tulis
Dari jutaan surat yang tidak sempat ku kirimkan
Dengan hati yang penuh ikhlas
Aku meralakan kamu tumbuh
Melawan waktu tanpa adanya aku
Menjalani cerita cerita baru
Bersama dengan semesta yang baru
Dahulu seluruh hidupku adalah kamu
Kini seluruh hidupmu adalah kamu
Tenanglah, aku masih di sana.

Saturday, July 14, 2018

Jatuh

Terperosok jauh ke dalam gua
Gelap, sesak lalu menghilang tak ada
Sakitnya bisa jadi tidak seberapa
Berlari untuk menemukan cahaya
Malah bertemu dengan sebaliknya
Berjalan mencari arah yang di temukan hanyalah hampa
Menunggu pertolongan sampai tak peka
Memohon jalan keluar yang ada tinggal sirna
Semakin dalam semakin terperosok jauh tidak bermakna
Hingga sampai pada hipotesa
Bahwa manusia
Suatu hari nanti akan bertemu karma
Akankah seirama ?

Thursday, June 21, 2018

Perih

hari berganti
musim tidak lagi semi
cinta telah pergi
daun, angin, langit menjadi saksi
betapa bodohnya sang putri
menanti cinta sejati
lalu masih adakah cinta untuk sang putri ?
menangis sang putri didalam hati
mengutuk diri
menjauh dari istana untuk berlari
hutan menjadi saksi
betapa sang putri
bersedih hati
terluka karena menunggu cinta sejati
kini hati sang putri terluka setengah mati
beteriak ia didalam hati
mengutuk diri sendiri
membeku menyendiri
terlarut didalam perih hati
bersama hutan sepi

Sunday, February 19, 2017

Sebut

Hush...
Wush..
Suaranya, makin lama makin menghilang
Lingkaran itu berubah menjadi jurang
terperosoklah aku kedalamnya
memanjat sudah terlambat
berteriak tak ada yang mendengar
kemana harus aku pergi ?
terdiam saja didalam tak menyelesaikan masalah
lalu harus bagaimana ?
kini jurang itu sudah berbentuk segitiga
aku berdiri di salah satu sudutnya
menatap sudut sudut yang lain
berharap ada seseorang diujungnya
yang kudapati hanya ruang hampa
aku tersenyum melihat kedua sisi tersebut
ada sekelebat cahaya disana
entah berasal dari mana
berlari aku menghamipiri sudut yang lain
dan akhirnya menemukan kamu diujungnya
aku sebut itu cinta.

Friday, November 18, 2016

Rinai

Sejalan merana melanggar lirih
Waktu kian meratap benih
Sang api kini pergi
Merangkai hidup dihati sepi

Sabda angin menenangkan lagi
Tak perlu kau berlari
Menepilah melihat daun berdiri
Mungkin semua akan berhenti

Jari jemari menari-nari
Nada nada melalui rangkai
Lalu lalang  selalu berulang
Mondarmandir diwaktu bersulang

Menata kaki berlalu sigap
Apakah diri ini siap ?
Bagaimana nasib untuk menatap?
Bisakah semua bernafas diatap?

Aaahhhkk....
Senandungkan suara suara sumbang
Senandungkan nadi yang terbang
Senandungkan ratapan kata bimbang
Senandungkan utamakan layak berimbang
-M_A-
*11.18.16*

Wednesday, November 16, 2016

Besar

Dahulu kala tinggallah seorang raja
Disebuah istana
Ia hanya sebatangkara
Lalu muncullah semut dari pilar jendela
Sebelumnya raja tidak pernah tertawa
Lalu, bicaralah sang semut kepada sang raja
Terhiburlah dia
Oleh semut yang pandai merangkai kata
Lambat laun semut menua
Hingga akhirnya lupa
Lalu mati meninggalkan sang raja
Raja kembali lagi tak bahagia
Sendiri lagi di istana
Dari pohon terdengar suara
Lalu datanglah seekor laba laba
Mencoba merangkai kata
Untuk membuat raja tertawa
Namun tidak bisa
Hanya semut yang pandai merangkai kata
Hingga akhirnya raja menutup usia
Lalu bertemu semut disurga

Thursday, October 13, 2016

Mawar

Bunga menanti sang kumbang
Sang kumbang memberikan madu
Madu tak terasa sumbang
Laknatnya para pemburu dadu

Syurga terlihat sangat megah
Seperti dunia terasa mewah
Untuk sang ilusi terdakwah
Kini mudah sekali merekah

Neraka bagai imajinasi terisolasi
Mereka penuh dengan ilusi
Terkoyak terbata terapung delusi
Rapuhnya sang mawar berhalusinasi

Burung tercengkram pelukan udara
Makna kini sangat berdarah
Melahirkan cukup membuat marah
Cakrawala bertemu dengan arah

-M_A-
*13.10.16*